Selasa, 27 September 2011

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ASMA BRONKHIALE




1          Latar Belakang
Asma merupakan suatu penyakit yang dapat mengenai pada anak-anak hingga dewasa dengan serangan yang sangat menakutkan tanpa mengenal waktu yang selalu membawa penderitaan bagi pasien dan asma dapat timbul karena kecemasan, kegiatan aktivitas yang berat, kelelahan, kurang tidur, infeksi pernafasan, obat-obatan dan alergen.
Di negara-negara yang telah maju penelitiannya, diperkirakan 5% - 20% bayi dan anak-anak menderita asma. Sedangkan pada orang dewasa dan orang tua rata-rata berkisar antara 2% - 10%.(Sundaru H., hal-6, 1995). Penelitian yang pernah dilakukan dibeberapa tempat diperkirakan 2-5 % menderita asma.
Insiden penyakit asma dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : umur pasien, jenis kelamin, bakat alergi, bunga, keturunan, lingkungan dan faktor psikologi. Berbagai masalah yang ditimbulkan pada penyakit asma tergantung pada usia, pekerjaan dan fungsi klien dalam keluarga tersebut.
Tingginya angka kekambuhan pada penderita asma sering memberikan dampak pada psikologis dan biologis pasien. Tingkat emosi yang labil dan adanya kecenderungan untuk menolak saran-saran dalam upaya mengeliminasi perilaku yang mendukung kesehatannya, merupakan salah satu respon psikologis pasien asma. Pada serangan asma pasien mengalami keterbatasan fungsi dalam memenuhi segala kebutuhan dasarnya. Dengan demikian perlu kiranya difikirkan tentang pola asuhan keperawatan yang mampu memenuhi keterbatasan fungsi tersebut tanpa menambah beban emosional klien akibat tindakan perawat baik selama serangan, maupun setelah serangan sehingga klien terhindar dari kekambuhan dan dapat berfungsi secara optiman.

2          Definisi Asma Bronkhiale
Menurut Crocket (1997), Asma Bronkhiale didefinisikan sebagai suatu penyakit dari sistem pernafasan yang meliputi peradangan dari jalan nafas dan gejala-gejala bronkhospasme yang bersifat reversibel.
Asma bronchiale menurut  American’s Thoracic Society dikutip dari Barata Wijaya (1990) adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trakhea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan.

3          Patofisiologi
     

3.1  Patofisiologi Asma Bronkhiale Alergenik

Asma timbul karena seseorang yang atopi akibat pemaparan Alergen. Alergen yang masuk ke ubuh melalui saluran pernapasan, kulit, saluran pencernaan dan lain-lain akan ditangkp oleh makrofaq yang bekerja sebagai Antigen Presenting Cells (APC). Setelah Alergrn diproses dalam sel APC, kemudian oleh sel tersebut alergen dipresentasikan ke sel TH. Sel APC melalui penglepasan Interleukin I (IL-1) mengaktifkan sel TH, melalui penglepasan IL-2 oleh sel TH yang diaktifkan, kepada sel B diberikan signal untuk berproliferasi menjadi sel plasma dan membentuk Ig-E.
Ig-E yang terbentuk diikat mastoit. yang ada dalam jaringan dan basofil yang ada dalam sirkulasi.Hal ini dimungkinkan oleh karena kedua sel tersebut pada permukaannya memiliki reseptor untuk.Ig-E.Sel eosinofil, makrofaq dan trombosit juga memiliki reseptor untuk Ig-E tetapi dengan afinitas yang lemah. Orang yang sudah memiliki sel-sel mastoit dan basofil dengan Ig-E pada permukaan tersebut belumlah menunjukkan gejala .Orang tersebut sudah dianggap desentisisasi atau baru menjadi rentan.
Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan alergen yang sama, alergen yang masuk ke tubuh akan diikat oleh Ig-E yang sudah ada pada permukaan mastoit dan basofil. Ikatan tersebut akan menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan terjadi perubahan dalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Kadar cAMP yang menurun itu akan menimbulkan degranulasi sel. Dalam proses degranulasi sel ini yang pertama kali dikeluarkan adalah mediator yang sudah terkandung dalam granul-granul (preformed) di dalam sitoplasma yang mempunyai sifat biologik, yaitu histamin, Eosinophil, Chemotactic Faktor-A (ECF-A), Neutrophil Chemotactic Factor (NCF), Trypase dan Kinin.Efek yang segera terlihat oleh mediator tersebut ialah obstruksi bronkhus oleh histamin.
Menurut konsep masa kini asma adalah suatu penyakit peradangan (inflamasi) saluran nafas (Samsuridjal & Bharatawidjaja, 1994; Sundaru, 1996) yang disertai kepekaan saluran napas terhadap rangsangan atau hiper reaksi bronkhus (Bronchial Hiper Responsivnees / BHR). Sifat peradangan pada asma khas yaitu adanya tanda-tanda peradangan saluran nafas disertai infiltrasi sel eosinofil.
Hipereaktifitas bronkhus yaitu bronkhus yang mudah sekali mengkerut (Konstriksi) bila terpapar dengan bahan / faktor dengan kadar yang rendah yang pada kebanyakan orang tidak menimbulkan reaksi apa-apa, misalnya alergen (inhalan, kontaktan), polusi, asap rokok/dapur, bau-bauan yang tajan dan lainnya baik yang berupa irutan maupun yang bukan irutan (Sundaru, H. hal. 27,1996).Dewasa ini telah diketahui bahwa hiper reaktifitas bronkhus disebabkan oleh inflamasi bronkhus yang kronik. Sel-sel inflamasi terutama eosinofil ditemukan dalam jumlah besar dalam cairan bilas bronkhus pasien asma bronkhiale sebagai bronkhitis kronik eosinofilik Hiper reaktifitas berhubungan dengan derajat berat penyakit.Di klinik adanya hiper reaktifitas bronkhus dapat dibuktikan dengan uji provokasi yang menggunakan metakolin atau histamin.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas saat ini penyakit asma dianggap secara klinik sebagai penyakir bronkhospasme yang reversibel, secara patofisiologik sebagai suatu hiper reaksi bronkhus dan secara patologik sebagai suatu peradangan saluran napas.
Bronkhus pada  pasien asma mengalami odema di mukosa dan dindingnya, infiltrasi sel radang terutama eosinofil serta terlepasnya sel silia yang menyebabkan getaran silia dan mukus di atasnya sehingga salah satu daya pertahanan saluran nafas menjadi tidak berfungsi lagi. Ditemukan pula pada pasien asma bronkhiale adanya penyumbatan saluran nafas oleh mukus terutama pada cabang-cabang bronkhus.
Akibat dari bronkhospasme, oedema mukosa dan dinding bronkhus serta hipersekresi mukus maka terjadi penyempitan bronkhus dan percabangannya sehingga akan menimbulkan rasa sesak, nafas berbunyi (whezzing) dan batuk yang produktif.

3.2       Patofisiologi Asma Bronkhiale Non Alergenik
Asma Bronkhiale Non Alergenik (Asma Intrinsik) terjadi bukan karena pemaparan alergen tetapi terjadi akibat beberapa faktor pencetus seperti infeksi saluran nafas atas, olahraga atau kegiatan jasmani yang berat, serta stress psikologik. Serangan asma terjadi akibat gangguan saraf otonom terutama gangguan saraf simpatis yaitu blokade adrenergik beta dan hiperreaktifitas adrenergik alfa. Dalam keadaan normal aktifitas adrenergik beta lebih dominan dari pada adrenergik alfa. Pada sebagian penderita asma aktifitas adrenergik alfa diduga meningkat yang mengakibatkan bronkho konstriksi sehingga menimbulkan sesak nafas.
Reseptor adrenergik beta diperkirakan terdapat pada enzim yang berada dalam membran sel yang dikenal dengan adenyl-cyclase dan disebut juga massenger kedua. Bila reseptor ini dirangsang, maka enzim adenyl-cyclase tersebut diaktifkan dan akan menghasilkan ATP dalam sel menjadi 3’5’ cyccyclic AMP. cAMP ini kemudian akan menimbulkan dilatasi otot-otot polos bronkhus, menghambat pelepasan mediator dari mastosit/basofil dan menghambat sekresi kelenjar mukus. Akibat blokade reseptor adrenergik beta maka fungsi reseptor adrenergik alfa lebih dominan akibatnya terjadi bronkho konstriksi, hiper sekresi kelenjar mukus dan oedema kelenjar mukus bronkhus sehingga menimbulkan sesak nafas. Hal ini dikenal dengan teori blokade adrenergik beta. (Baratawidjaja, 1990).

4                    Faktor Pencetus Serangan Asma Bronkhiale
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan serangan asma bronkhiale atau sering disebut sebagai faktor pencetus adalah :

4.1  Alergen
Alergen adalah zat-zat tertentu bila dihisap atau dimakan dapat menimbulkan serangan asma, misalnya debu rumah, tungau debu rumah (Dermatophagoides pteronissynus), spora jamur, serpih kulit kucing, bulu binatang, beberapa makanan laut dan sebagainya

4.2  Infeksi saluran nafas
Infeksi saluran nafas terutama oleh virus seperti influensa merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asma bronkhiale. Diperkirakan dua pertiga pasien asma dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran nafas.(Sundaru, 1991).

4.3  Stress psikologik
Stress psikologik bukan sebagai penyebab asma tetapi sebagai pencetus asma, karena banyak orang yang mendapat Stress psikologik tetapi tidak menjadi penderita asma bronkhiale. Faktor ini berperan mencetuskan serangan asma terutama pada orang yang agak labil kepribadiannya. Hal ini lebih menonjol pada wanita dan anak-anak (Yunus, 1994).

4.4  Olah raga / kegiatan jasmani yang berat
Sebagian penderita asma bronkhiale akan mendapatkan serangan asma bila melakukan olahraga atau aktifitas fisik yang berlebihan. Lari cepat dan bersepeda paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena kegiatan jasmani (Exercise Induced Asthma / EIA) terjadi setelah olah raga atau aktifitas fisik yang cukup berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olahraga.

4.5  Obat-obatan
Beberapapasien asma bronkhiale sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti penicillin, salisilat, beta blocker, kodein dan sebagainya.

4.6  Polusi udara
Pasien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik/kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran sulfur dioksida dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.

4.7  Lingkungan kerja
Diperkirakan 2 – 15% pasien asma bronkhiale pencetusnya adalah lingkungan kerja (Sundaru H., 1991). Beberapa zat yang didapat di tempat pekerjaan yang dapat mencetuskan serangan asma seperti pada tabel berikut :
PENCETUS
LOKASI
1). Bulu dan serpih kulit binatang
2). Enzim bakteri subtilis
3). Debu kopi dan teh
4). Debu kapas
5). Toluen diisosianat
6). Debu gandum dan padi-padian

7). Amoniak, sulfur dioksida, asam klorida, klorin
8). Garam platina
9). Ampisiln, spiramisin, piperasin.
1). Laboratorium hewan dan peternakan
2). Industri detergen
3). Pengolahan kopi dan teh
4). Industri tekstil
5). Industri plastik
6). Pabrik roti dan bongkar muat di gudang gandum dan padi-padian
7). Industri kimia dan perminyakan

8). Pemurnian Platina
9). Industri Obat-obatan

4.8  Lain-lain
Selain faktor-faktor tersebut di atas masih terdapat faktor-faktor yang mencetuskan serangan asma seperti lingkungan dan cuaca yang terlalu lembab, terlalu panas, terlalu dingin, bumbu masak (monosodium glutamat), bahan pengawet makanan (asam benzoat), zat pewarna kuning (tartarazin). Dan beberapa keadaan dapat memperberat serangan asma seperti sinusitis, rinitis dan regurgitasi asam lambung.
5          Manifestasi Klinis
Selama serangan asma, klien mengalami dispnea dan tanda-tanda kesulitan pernapasan. Permulaan tanda-tanda serangan terdapat sensasi konstriksi dada (dada terasa berat), whezing, batuk non produktif, takhikardi dan takipnea.
Beratnya asma dapat diklasifikasikan dalam : ringan, sedang dan berat tergantung gejala-gejala. Sistem skoring diberikan untuk mengklasifikasikan tersebut.
Tabel Penilaian Keperahan Asma (Skoring)
Gejala
Penggunaan Bronkhodilator
Variabilitas PEFR (APE)
Terjaga malam hari                          4
Gejala tiap hari                                 3
Gejala < tiap hariperminggu            2
< tiap minggu atau waktu olah raga 1
Tidak ada serangan selama 3 bulan 0
> 4 x / hari
1 – 4 x / hari
< tiap hari
< per minggu
tidak selama 3 bulan
> 25 %                   4
15 – 25 %              3
10 – 15 %              2
6 – 10 %                1
< 6 %                     0

Dikutip dari Assagaf H & Mukty A, 1995
Skore maksimum         : 12
Asma ringan                : 1 – 5
Asma sedang               : 6 – 8
Asma berat                  : 9 – 12

Variabilitas PEFR       : Harga PEFR tertinggi – harga PEFR terendah X 100 %
                                                            Harga PEFR tertinggi
PEFR  : Peak Expiratory Flow Rate
APE    : Arus Puncak Ekspirasi

6.         Managemen Medis
Episode asma akut (serangan asma) dapat termasuk kedaruratan medis. Intervensi medis untuk episode ini secara primer bertujuan :
1.                  Memelihara kepatenan jalan nafas dengan menurunkan bronkhospasme atau membersihkan sekret yang berlebihan atau yang tertahan.
2.                  Memelihara keefektifan pertukaran gas
3.                  Mencegah komplikasi seperti gagal nafas akut dan status asmatikus
Obat-obatan yang dipakai meliputi bronkhodilator dan anti inflamasi atau keduanya.
            Obat anti inflamasi meliputi :
Ø  Kortikosteroid
Ø  Sodium kromolin
Ø  Anti inflamasi lainnya
Obat bronkhodilator :
a.                   Adrenergik :
·         Epinefrin
·         Efedrin
·         Isoproterenol
·         Beta adrenergik agonis selektif
b.                  Non Adrenergik :
·         Teofilin
·         Aminofilin
Perlu juga dibeirkan oksigen 2 – 4 liter/menit.

7          Managemen Keperawatan
Pengkajian :
1.      Riwayat Keperawatan
Perlu dikaji riwayat adanya pemaparan (pemajanan) faktor-faktor yang biasanya mencetuskan serangan asma bronkhiale. Dan perlu ditanyakan bagaimana kemampuan klien untuk menghindari faktor pencetus tersebut, ataukah klien sudah mengetahui beberapa faktor pencetus tersebut.
2.      Keluhan Utama
Keluhan utama klien adalah sesak napas, setelah terpapar oleh alergen atau faktor lain yang mencetuskan serangan asma bronkhiale.
3.      Pemeriksaan Fisik :
a.       Sistem pernafasan
·         Peningkatan frekuensi pernafasan, susah bernafas, perpendekan periode inspirasi.
·         Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan (retraksi sternum, pengangkatan bahu waktu bernafas).
·         Pernafasan cuping hidung.
·         Adanya mengi yang terdengar tanpa stetoskop.
·         Bunyi nafas : whezzing, pemanjangan ekspirasi.
·         Batuk keras, kering dan akhirnya batuk produktif.
b.      Sistem Kardiovaskuler
·         Takhikardia
·         Tensi meningkat
·         Pulsus paradoksus (penurunan tekanan darah > 10 mmHg pada waktu inspirasi)
·         Sianosis
·         Dehidrasi
·         Diaforesis
c.       Psikososial
·         Peningkatan ansietas : takut mati, takut menderita, panik, gelisah
4.      Pemeriksaan penunjang :
a.       Darah : Kadar IgE meningkat dan eosinophil meningkat
b.      Gas darah arteri : Penurunan PaO2 dan PaCO2 namun selanjutnya PaCO2 meningkat sesuai dengan meningkatnya tekanan jalan nafas
c.       Faal Paru : Menurunnya FEV1
d.      Tes kulit : Untuk menentukan jenis alergen.

Diagnose Keperawatan dan Rencana Intervensi :
1.      Ketidak efektifan pola napas sehubungan dengan gangguan ekspirasi dan ansietas
Tujuan :
Klien mampu menunjukkan pola pernafasan yang normal
Ditandai :
a.       Penurunan frekuensi pernapasan sampai kebatas normal
b.      Penurunan tanda dari sesak nafas, dan penurunan otot bantu nafas.
c.       Analisa gas darah dalam batas normal
d.      Vital capacity dalam batas normal
Rencana Intervensi :
a.       Kaji kembali dan observasi frekuensi pernafasan, kedalaman pernapasan dan adanya tanda-tanda sesak nafas.
b.      Monitor nilai analisa gas darah untuk mengetahui keefektifan pengobatan
c.       Baringkan pasien dalam posisi fowler’s untuk meminimalkan kerja ekspansi dada.
d.      Berikan Oksigen pernasal sesuai order dokter.
e.       Lakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan :
·         Kortikosteroid
·         Bronkhodilator
·         Antihistamin

2.      Ketidak efektifan bersihan jalan nafas sehubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Tujuan :
Klien akan menunjkkan keefektifan jalan nafas/klien mampu mempertahankan jalan napas yang paten.
Ditandai :
a.       Penurunan whezzing dan ronchi
b.      Kecepatan dan kedalaman pernafasan normal
c.       Tak ada dispenia, sianosis
d.      Analisa gas darah dalam batas normal
e.       Penurunan batuk kering/non produktif
Rencana intervensi :
a.       Kaji suara nafas tiap jam selama episode akut untuk menilai keadekuatan pertukaran gas.
b.      Jika memungkinkan lakukan suction
c.       Monitor warna dan konsistensi sputum karena asma sering sebagai akibat infeksi saluran nafas atas.
d.      Kaji keefektifan batuk klien, anjurkan untuk batuk efektif.
e.       Tingkatkan intake cairan untuk mencegah sekret yang kental, untuk mengembalikan cairan yang hilang akibat respirasi yang cepat.
f.       Berikan humidifier untuk mengencerkan dahak.
g.      Jika sekret kental dan sulit dikeluarkan, lakukan fisioterapi dada : Perkusi dan vibrasi.
h.      Berikan perawatan mulut, setiap 2 – 4 jam, untuk menghilangkan rasa tidak enak akibat dari sekret.
i.        Lakukan order dokter dalam pemberian expectoran.

3.      Ansietas sehubungan dengan kesulitan bernafas, takut menderita, dan atau takut serangan berulang.
Tujuan :
Klien mendemonstrasikan penurunan rasa takut dan ansietas
Ditandai :
a.       Ekspresi wajah relaks
b.      Mengungkapkan perasaan cemas berkurang
c.       Tanda vital dalam batas normal
Rencana intervensi :
a.       Kaji tingkat ansietas (ringan, sedang, berat)
b.      Kaji kebiasaan ketrampilan koping
c.       Berikan dukungan emosional :
·         Tetap berada di dekat pasien selama serangan akut
·         Antisipasi kebutuhan pasien
·         Berikan keyakinan yang menenangkan
d.      Implementasikan teknik relaksasi
e.       Kegiatan sehari-hari yang ringan dan sederhana
f.       Jangan berbicara bila sedang dispnea berat

4        Potensial terjadi kekambuhan serangan asma
Tujuan :
Mencegah terjadinya kekambuhan
Rencana intervensi
Berikan penyuluhan tentang usaha pencegahan serangan asma,yaitu :
a.       Menjaga kesehatan dengan cara makan makanan yang bergizi, istirahat cukup, minum banyak, rekreasi dan olahraga yang sesuai.
b.      Menjaga kesehatan lingkungan, dengan cara membersihkan rumah, ruangan, kamar tidur dan menghindari tempat lembab.
c.       Menghindari faktor pencetus.
d.      Menggunakan obat-obatan anti asma.
Peran peraat di sini yaitu mengajarkan cara menggunakan obat anti asma sesuai dengan aturan pakai.
e.       Lain-lain (Meditasi).

Evaluasi :
Tujuan yang telah direncanakan harus dievaluasi. Revisi dari rencana keperawatan mungkin diperlukan. Pada asma bronkhiale dapat kembali (sembuh) dengan mudah jika tidak terdapat masalah lain seperti infeksi.


8          Kerangka Konseptual

Faktor Pencetus
 

Stressor -
 

Perawat / keperawatan
 


Stressor +
 

Pola Asuhan Keperawatan
 

-          Adaptasi.
-          Terpenuhi kebutuhan dasarnya.
-          Perubahan perilaku
-          Terhindar dari kekambuhan.
 
























8          Kesimpulan
Asma timbul karena beberapa faktor pencetus dengan serangan yang sangat menakutkan dan cenderung mengakibatkan kekambuhan.Keadaan ini menimbulkan beberapa dampak antara lain :
  1. Emosi yang labil.
  2. Perilaku sehat yang menurun.
  3. Keterbatasan fungsi tubuh.
Dalam hal ini perawat mempunyai peranan yang sangat penting untuk mengatasi dan mencegah timbulnya serangan asma.
Asuhan keperawatan yang diberikan akan membantu klien memenuhi kebutuhan dasarnya dan menghindarkan diri dari kekambuhan sehingga dapat berfungsi secara optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Anes, SW. (1998). Essentials of Adult Health Nursing. Menlo Park. California.

Baratawidjaja, G. K. (1990). Asma Bronkhiale.Dalam Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam jilid II. FKUI. Jakarta.

Black. JM and Ester MJ (1997). Medical Surgical Nursing.Vol. 2, W. B. Saunders Company. Philadelphia.

Engram,B. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan medical bedah. Vol 1. EGC. Jakarta.

Fax ,SI and Graw ,M (1999). Human Physiology. Hill Companies. Nort America.

Gibson, JM. (1998). Mikrobiologi dan Patologi Modern untuk  perawat. EGC. Jakarta.

Kaliner, MA. (1991). Astma its Pathology and Treatment. Vol. 49, National Institutes of Health Bethesda, Maryland.

Kontaraf, J. (1992). Olah Raga Sumber Kesehatan. Advent. Bandung.

Sundaru H. (1995).Asma : Apa dan Bagaimana Pengobatannya. FKUI. Jakarta. 

Minggu, 25 September 2011

PENYIMPANGAN SEKSUAL


BAB I
Pendahuluan
1.1 Latarbelakang
       Di Indonesia khususnya di Ibu kota DKI JAKARTA yang merupakan pusat dari segala aktivitas baik ekonomi, politik maupun lifestyle. Itulah Jakarta dengan segala macam rupa masalah yang ada di dalam nya terutama masalah yang terjadi pada kehidupan masyarakatnya baik dari perilaku sampai kehidupan seksual nya. Manusia diciptakan oleh sang PENCIPTA ada yang berjenis laki-laki dan wanita. Mereka hidup di dunia ini untuk mencari pasangan tetapi banyak di antar mereka yang mencari pasangan hidupnya tidak lawan jenis melainkan sesama jenis. Itu lah yang dinamakan penyimpangan seksual, penyimpangan seksual merupakan penyimapangan yang terjadi pada seseorang yang di sebabkan oleh beberapa factor baik dari dalam dirinya ataupun dari lingkungan sekitar, nah saya selaku penulis dalam makalah ini akan membahas tentang penyimpangan seksual yang terjadi di Indonesia. Mulai dari apa penyebab seseorang melakukan hal tersebut hingga sampa dampak apa yang terjadi jika seseorang terlibat dalam kasus penyimpangan seksual. Tetapi makalah ini saya buat tidak hanya semata mata memberikan sedikit informasi melainkan akan memberikan solusi dari permasalahan ini.
1.2 Rumusan Masalah
       A. Apa sieh yang dimaksud dengan HOMOSEKSUAL?
B. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan penyimpangan seksual?
C. Dampak apa yang terjadi dari tindakan penyimpangan seksual?
1.3 Tujuan
       Tujuan penulis membuat makalah ini adalah
  • Agar masyarakat mengetahui apa sieh penyimpangan seksual itu?
  • Agar masyarakat mengetahui dampak apa yang terjadi jika sesorang termasuk kedalam orang yang melakukan tindakan penyimpangan seksual?
  • Agar masyarakat mengetahui bagaimana caranya agar seseorang yang sudah terjerumus kedalam perilaku tersebut bisa kembali normal, dan tidak menjauhi orang yang seperti tersebut
BAB II
ISI
2.1 Penyimpangan seks
Yang perlu kamu tahu tentang Homoseksual...
Seringkali dalam masyarakat terdapat pengetahuan kalau perilaku seks, khususnya yang tidak sesuai dengan norma agama, norma hukum, atau norma susila, yang dilakukan oleh remaja, dikatakan sebagai penyimpangan atau kelainan seksual, tapi secara psikologi pengertian itu tidak selamanya benar. Karena pengertian secara luas tingkah laku seksual itu sendiri, adalah, segala perilaku yang didasari oleh dorongan seks.
Ada dua jenis perilaku seks, yaitu perilaku yang dilakukan sendiri, seperti masturbasi, fantasi seksual, membaca/ melihat bacaan porno, dll, serta perilaku seksual yang dilakukan dengan orang lain, seperti berpegangan tangan, berciuman, bercumbu berat hingga berhubungan intim.
Penyimpangan seks, yang kaya gimana sih ?
Dalam tinjauan psikologis proses tingkah laku yang lazim terdiri dari menyukai orang lain, timbulnya gairah, diikuti dengan tercapainya puncak kepuasan seksual atau orgasme dan diakhiri dengan tahap pemulihan (resolusi). Di dalam perkawinan, semua proses hubungan seks akan terpenuhi, sehingga tidak diragukan lagi kenormalannya berdasarkan norma psikologi. Bahkan masturbasi  dan mimpi basah juga memenuhi semua proses untuk sampai pada puncak kepuasan seksual. Semua proses ini bukanlah merupakan kelainan atau penyimpangan. Pada usia remaja masih terbatas sekali kesempatan (atau bahkan belum ada) untuk mendapatkan pasangan atau penyaluran untuk bertingkah laku seksual atau melakukan hubungan seks untuk mendapatkan kepuasan. Jadi sebagai pernyaluran hasrat seksual mereka, remaja melakukan masturbasi, dan memang jika terlalu lama tidak mengalami orgasme, remaja itu secara alamiah akan mengalami mimpi basah. Jadi masturbasi dan mimpi basah masih dipandang sebagai perilaku normal dari tinjauan psikologis.
Pengertian normal secara psikologi tidak sama dengan normal dalam ukuran norma (agama, sosial, dan budaya).
Ketertarikan terhadap lawan jenis merupakan hal yang normal bahkan akan tidak wajar kalo sampe diantara kalian tidak merasakan adanya kecocokan pas berpapasan dengan labaan atau wanita yang menurut selera kalian ,apalagi kalo kalian udah nyampe atau bahkan lewat usia pubertas masih belom merasakan tadi, itu patut dicurigai kali-kali aja kalian mengalami ketertarikan yang nggak sama dengan teman-teman seusia kalian , nah hal itu lah yang dikategorikan menyimpang dari ketertarikan seksualitas yang tidak pada umumnya alias abnormal, apalagi bagi mereka yang justru lebih tertarik dengan sesama jenis atau lebih dikenal dengan Homoseksual Tapi kalo di negeri barat sih(bahkan WHO sekalipun buat konvensi) bahwa gay atau lesbian bukan merupakan abnormalitas dalam perilaku seksual alias bukan dianggap sebagai kelainan seksual tapi sudah dianggap golongan homoseksual tersebut berada dalam sebuah masyarakat bahkan disahkan untuk menikah. Tetapi  karena kita hidup dalam kultur timur yang masih menjunjung norma-norma, apalagi yang berkaitan dengan aspek seksualitas, homoseksual belum dapat diterima sebagai sebuah perilaku seksual yang normal.

2.2 Pengertian HOMOSEKSUAL
Terminology/definisi homoseksual tidak hanya diberlakukan buat cowok, sebenernya cewek yang hanya syaring terhadap sesamanya juga termasuk dalam kategori Homoseksual, tetapi di masyarakat umum istilah lesbianisme lebih dikenal untuk cewek yang suka sama cewek. Padahal arti Homo sendiri berarti sama, sejenis atau satu golongan. Berarti homoseksual adalah orang yang merasakan atau hanya tertarik dengan jenis kelamin yang sama, kalo cewek seneng sama cewek, terus cowok seneng sama cowok juga. Lesbianisme dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai deviasi seksual, misalnya yang dilakukan di asrama-asrama putri atau rumah penjara, karena keadaan yang mendorong pelaku-pelakunya untuk berbuat demikian. Dalam keadaan normal mereka tidak melakukannya lagi. Dan mereka dapat dimasukkan ke dalam golongan lesbian pasif dan dapat terikat dalam pernikahan. Namun demikian banyak diantara mereka yang menunjukkan sikap dingin (frigid) dalam hubungan heteroseksual(perempuan -lelaki). Lesbian yang aktif tidak akan menikah, akan tetapi hanya pasangan yang sejenis kelaminnya saja.
Frekuensi lesbianisme cukup tinggi, menurut Jeffcoate kira-kira 25% dan menurut Kinsey dkk kira-kira 28%. Homoseksualitas Pria( kaum gay)
Apa yang diuraikan bagi lesbianisme berlaku pula bagi homoseksualitas pada pasangan pria dengan pria. Cara pemuasan seksual sedikit berbeda, dimana seorang pria homoseksual dapat mencari obyek mangsanya diantara pria-pria yang tidak bertendensi homoseksual, bahkan diantaranya anak-anak dibawah umur, dengan rayuan-rayuan, janji-janji dan imbalan-imbalan material. Diantara mereka ada yang memutuskan untuk menikah ( cara ini ditempuh untuk menghindarkan imej negatif masyarakat pada dirinya)dan dikaruniai beberapa anak dan kemudian keinginannya untuk memuaskan diri secara homoseksual hilang. Akan tetapi ada pula diantara mereka yang secara tersembunyi masih melakukan hubungan homoseksual, karena pada dasarnya mereka termasuk dalam biseksual. Sering mereka menunjukkan gejala-gejala transvitisme, yaitu mengenakan pakaian wanita atau bermasturbasi sambil mengkhayalkan sedang bermesraan dengan seorang pria.

2.3 Faktor penyebab HOMOSEKSUAL
Dari sekian banyak faktor penyebab Homoseksualitas, faktor sosial atau pergaulan merupakan faktor terbesar yang menjadi penyebab homoseksual, sekali pernah merasakan hubungan seksual (seperti sodomi misalnya), terus jadi ketularan walaupun tidak sepenuhnya gay tapi faktor ini juga bisa menyebabkan Biseksual, jadi Ke-lawan jenis ok ke-sesama jenis tidak masalah, waaah, yang ini nih yang masalah apalagi kalo udah jadi habit dan gonta-ganti pasangan. Kemudian Faktor penyebab kedua adalah faktor trauma atau korban perkosaan pada masa kecil, dari beberapa kasus yang pernah masuk ke CMM, hampir ditemukan kesamaan latar belakang riwayat pada mereka yang mengalami homoseksualitas menceritakan bahwa mereka pernah disiksa atau memiliki ayah yang suka menyiksa, atau pernah diperkosa oleh orang-orang terdekat.
Mereka yang menjadi homo dari faktor ini biasanya menyadari kalo mereka tidak semestinya menyukai sesama jenisnya, tetapi dari sesama jenisnya misalnya dalam hal ini ibu dapat memberikan perlindungan atau orang yang tidak memberikan kekerasan fisik atau karena memendam kebencian yang dalam secara terus menerus di alam bawah sadarnya pada ayah maka ia tumbuh menjadi seorang homo, terus untuk mereka yang pernah diperkosa, dengan mereka menjadi homo dikarenakan mereka membalas dendam kepada orang lain dengan menjadi atau berperilaku homo. Kebanyakan dari kasus trauma masa kecil atau diperkosa ini dapat recover tetapi memerlukan penanganan atau therapy dari psikolog yang emang bisa nanganin kasus-kasus seperti ini dan memakan waktu yang ennggak sebentar.
Faktor terkecil penyebab Homoseks
terakhir adalah faktor penyebab dari herediter atau keturunan alias bawaan,dimana secara rootedness atau garis keturunan ada buyutnya yang punya riwayat homo kasus homoseksualitas
. Terus perlu ditekankan bahwa yang disebabkan oleh faktor ini, menduduki peringkat terakhir peneyebab terjadinya homoseksualitas, karena prosesnya genetis sich, jadi ada bayi yang terlahir dengan susunan kromosom yang nggak pada umumnya, kalo cewe XX tapi terlahir dengan alat kelamin seperti cowo,yang diasumsikan penis ternyata itu adalah klitoris, terus ada juga yang secara fisik dia bayi cowok tapi susunan kromosomnya XY, tapi struktur fisik genitalianya(alat kelaminnya)nggak normal segede cabe atau bahkan nggak punya penis hal ini sangat kasuistik atau jarang-jarang banget terjadi.

2.4 Hal yang di hadapi jika teman Anda mengalaminya
• Jangan panik, yang terpenting jangan dijauhi apalagi disebarkan sama temen-temen kamu kalo dia itu Gay atau lesbian,buat dia percaya untuk bisa curhat (atau beri ia informasi ke tempat atau sumber informasi yang dapat dipercaya, karena kalo kamu sendiri kan belum well informed dalam hal seperti ini kan?) sama kamu agar mudah di bawa atau diajak ke psikolog atau psikiater kalo mereka merasa tersiksa dengan keadaannya tersebut, karena hal ini terjadi bukan atas kemauan mereka kecuali buat mereka yang salah gaul atau menganut budaya alternatif ( itu tuh nggak penting jenis kelamin yang penting kasih sayangnya).

• Kalo emang kamu udah tau bahwa dia gay atau lesbian bertemen biasa aja, yang terpenting kamu bisa memagari diri untuk menghindari kondisi-kondisi yang memungkinkan hal yang tidak diinginkan terjadi.Tidak perlu dijauhin karena mereka nantinya merasa tidak diterima dan terasing di lingkungan atau bahkan keluarganya sendiri. Toh mereka juga manusia biasa seperti kita yang butuh diterima oleh lingkungannya?




Menghindari timbulnya perilaku Homoseksualitas, bisa gak???
Bisa banget, antara lain:

• Bila kamu menghadapi suatu permasalahan, apapun bentuknya apalagi kalo sampai menimbulkan kesan trauma buat kamu, bicarakan segera dengan orang yang kamu percaya, jangan sampe kamu curhat ke orang yang salah yang bisa memanfaatkan kamu.

• Hindari media atau informasi yang menyesatkan, boleh cukup untuk tahu aja, tapi susah banget kalo udah nagih.

• Pinter-pinter bawa diri dalam lingkungan apapun, biasanya ajakan-ajakan berhubungan seksual dari para gay atau lesbian yang tidak bertanggungjawab adalah mereka yang sering mengiming-imingi mangsanya barang-barang atau berkaitan dengan duit, diajak jalan dan lain-lain,. tahan rayuan manis yang menggoda ya.

• Kalo ke tempat-tempat rame jaga-jaga tuh gelas minuman kamu,jangan cari gratisan aja kalo ujung-ujungnya fatal. Biasanya penyebab homoseksual disebabkan oleh hal-hal yang gak kamu duga ,siapa coba yang nggak nolak ditraktir.

• Bekali diri dengan tehnik beladiri atau tehnik perlindungan diri seperti menghindari berjalan di tempat sepi malem-malem, siaga terhadap orang yang nggak dikenal tapi ramah, soalnya ada lho kasus cowok-cowok gede yang diperkosa

• Waspada sama sentuhan atau bahkan lirikan dari sesama jenis yang gak normal(misalnya di daerah yang dekat dengan atau bahkan pada alat vital kamu)Ini sering banget terjadi di bus atau kendaraan terutama dalam kodisi fully book, jangan ragu-ragu untuk marah atau bahkan teriak,biasanya para pelaku ini jadi ciut kalo kita tegas atau berani
.
• Kalo kamu merasa bahwa kamu pengen terbebas atau tersiksa dengan keadaan kamu tersebut datang dan konsultasikan ke orang atau tempat yang kompeten yang kamu percaya. Perilaku seksual ini udah terjadi sejak jaman Nabi Luth, sampe saat ini.
Tuhan ciptain malem-siang seperti juga Ia menciptakan Perempuan dan laki-laki,ngebayangin ngga kalo sepanjang hari kita malam terus atau siang melulu......
Pernah sih siang-siang kita ngerasain kaya malem tapinya cuma sebentar yaitu pas gerhana matahari, tapi hal itu nggak berlangsung lama.

2.5 Peringkat Homoseksual
Terdapat beberapa peringkat homoseksual:
  • TERAHASIA
Juga dikenali sebagai CLOSET. Bermula sebagai ‘Homoseksual Sulit’.Individu homoseksual yang menjalani kehidupannya dengan berpura-pura seperti orang lain, tidak bahagia dan tertekan oleh polisi sosial yang diterima oleh masyarakat. Individu homoseksual ini mencoba menyesuaikan diri (accommodate) dengan norma-norma masyarakat dalam masa yang sama melakukan kegiatan homoseksual secara rahsia.
  • PENDEDAHAN AWAL
Pernyertaan dan eksperesi diri kepada masyarakat. Individu ini memberi respon terhadap masyarakat heteroseksual dengan menonjolkan kehidupan homoseksual. Menerima hakikat bahwa diri lebih berminat kepada kaum sejenis.
  • PERKONGSIAN
1. Tahap Perkongsian Pertama
Kemampuan untuk berkongsi perasaan sebagai homoseksual pada keluarga dan rekan-rekan. Mewujudkan perhubungan yang lebih stabil dan berjangka sederhana atau panjang
2. Tahap Perkongsian Kedua
Menilai secara terperinci akan kebaikan dan keburukan perkongsian secara terbuka. Bersedia untuk menerima sembarang akibat. Apabila diterima, ini akan membina percaya diri dan memberi kesan positif dan sekira sebaliknya. Ia akan memberi kesan yang negatif.
  • KOMUNITI HOMOSEKSUAL
Kelompok homoseksual akan berkumpul sesama sendiri dan membentuk sebuah masyarakat yang mahu menerima mereka seadanya. Di sini mereka diterima, diperlakukan seadilnya dan berkongsi bersama-sama pengalaman dan memahami antara satu sama lain.

2.6 Perspektif Masyarakat

    Keruntuhan Moral dan Tamadun

·         Memusnahkan kekuatan moral masyarakat
Penekanan diberikan pada golongan homoseksual yang melakukan hubungan seksual di luar pikiran. Dipercayai aktifitas sedemikian mencacatkan peraturan  budaya dan kesatuan masyarakat
·         Tidak perlu diberi hak-hak istimewa
Golongan ini sering dikaitkan dengan sesuatu yang tidak normal, berkaitan dengan tingkah laku syaitan dan tidak layak menerima apa-apa hak dari masyarakat. Mereka sering dipinggirkan tanpa penjelasan yang kukuh
·         Mencerminkan kemunduran masyarakat
Apabila masyarakat menjadi terlalu terbuka, segala perbuatan yang di luar pikiran manusia akan timbul dan ini menjadi faktor penggalak pada keruntuhan peraturan  masyarakat. Masalah keruntuhan akhlak akan lebih leluasa.
·         Pembunuh institusi kekeluargaan
Masyarakat akan menjadi tidak sehat dan unsur-unsur negatif akan disalurkan dalam institusi kekeluargaan homoseksual. Ini mengurangi populasi peraturan dalam masyarakat.

Penyakit Wabak

·         Penyakit Sosial
Mereka dipertanggung jawabkan  terhadap gejala kurang sehat dan berbagai masalah kesehatan seperti AIDS dan STD. Walaupun terjangkit AIDS dan STD disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi golongan homoseksual sering dijadikan penyebab utama.

     Diskriminasi

Sering dianak tirikan dalam berbagai aspek.
Budaya: Kegiatan harian (walaupun sama seperti orang lain) tidak dapat diterima oleh masyarakat. Dianggap janggal setiap kali melakukan sesuatu tugas walau tidak berkaitan dengan identitas homoseksual atau hetroseksual
Sosial : Dianggap sebagai ‘orang asing’ dan tidak mendapat layanan seperti orang lain sering dilihat sebagai ‘pelik’ dan tidak dapat diterima dalam kegiatan luar. Tidak ramai golongan homoseksual yang memegang jabatan tinggi di mana-mana jabatan, yang berani untuk menonjolkan diri pada masyarakat, yang mampu pertahankan kelebihan yang ada pada diri dan sebagainya. Disebabkan pandangan masyarakat, kebolehan dan kelebihan yang ada pada diri mereka tidak diiktiraf.








BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
            Jadi inti atau kesimpulan dari makalah saya ini adalah
  • Bahwa HOMOSEKSUAL itu adalah seseorang yang merasakan atau hanya tertarik dengan jenis kelamin yang sama atau sesame jenis, kalo cewek seneng sama cewek, terus cowok seneng sama cowok juga.
  • Faktor – factor yang menyebabkan seseorang Homoseksual :
1.      Faktor sosial atau pergaulan merupakan faktor terbesar yang menjadi penyebab homoseksual, sekali pernah merasakan hubungan seksual (seperti sodomi misalnya), terus jadi ketularan walaupun tidak sepenuhnya gay.
2.      Faktor trauma atau korban perkosaan pada masa kecil.
3.      Faktor penyebab dari herediter atau keturunan alias bawaan,dimana secara rootedness atau garis keturunan ada buyutnya yang punya riwayat homo kasus homoseksualitas.
  • Dampak yang ter jadi akibat perilaku penyimpangan seksual adalah menurut sebuah riset tingkat pengidap penyakit HIV/AIDS itu disebabkan oleh perilaku penimpangan seksual seperti homoseksual atau hubungan sesame jenis, selanjutnya akibatnya lain dari homoseksual yaitu apabila seseorang sudah merasa nyaman sama orang tersebut maka apabila pasangan nya mau insaf maka si satunya lagi tidak memberikan izin atau dengan kata lain, segala cara akan dikerahkan agar identitas nya tidak terbongkar. Baik dengan cara di bunuh ataupun akan diteror secara menurus sehingga mengakibatkan seseorang tersebut despresi.
3.2 SARAN dan KRITIK
       Saran saya sebagai sesame makhluk ciptaan tuhan apabila teman kalian mempunyai perilaku menyimpang sebaiknya orang tersebut jangan di jauhi atau pun di kucilkan. Tetapi sebaiknya kita memberikan motivasi agar seseorang tersebut kembali lagi ke seperti semula. Selanjutnya apabila anda di ajak untuk melakukan perilaku menyimpang sebaiknya Anda menolaknya secara baik-baik agar orang tersebut tidak merasa marah akibat penolakan yang dilakukan oleh Anda. Karena biasanya orang-orang seperti itu akan melakukan banyak cara demi membalas perkataan yang anda yang telah membuat hati mereka hancur.
            Kritik saya selaku pembuat makalah sebenernya apa enak nya sieh menjadi seseorang yang menyukai sesama jenis. toh allah juga sudah memberi setiap manusia pasangannya masing-masing yang tentunya lawan jenis. Terus apabila kalo kalian meresa diri atau fisik kalian kurang sebaiknya jangan dijadikan suatu momok melainkan kita harus lebih mencari lagi apa aja kelebihan yang kita punya yang orang lain tidak punya agar kita toh juga bisa bangga akan diri kita.